Selasa, 28 September 2010

Pohon Pepaya

Di depan dapur gue, tumbuh enam pohon pepaya. Pohon-pohon ini tumbuh tidak beraturan. Ada yang di sisi-sisi tembok pagar. Ada yang tepat didepan teras, hingga batangnya yang menjulang memepet atap dapur. Dan yang lebih parah, yang tumbuh tepat didepan pintu dapur. Tadinya ada sekitar sepuluh pohon, tapi yang empat terpaksa gue eliminasi karna merusak pemandangan.


Pohon-pohon itu gak tumbuh dengan sendirinya. Mereka berasal dari biji-biji papaya yang gue tabur sembarang setelah melahap pepaya. Awalnya gue gak terlalu suka pepaya. Tapi karna sadar pepaya bagus buat pencernaan, makanya gue jadi sering mengkonsumsinya. Kalo ada yang punya masalah sama pencernaan, semisal susah BAB, Sariawan, coba deh banyak ngemil pepaya. Niscaya kalian akan pandai berkicau seperti burung kutilang.. Hehehe.. boong dink. Pokoknya kalo abis makan papaya perut dijamin adem deh.

Nah ketika lebaran kemarin ada beberapa papaya yang mulai masak. Kata tetangga ada yang sempat jatuh, tapi entah siapa yang menyelamatkannya. Yang satu sempet gue petik dan Ruaaarbiasaaa.. MANISSS BOO’…


Selama ini gue emang beli papaya dari tukang buah. Mungkin karena mereka masak degan terpaksa jadi rasanya gimanaaa.. gitu. Beda sama rasa papaya yang masak di pohon. Istri gue aja sampe ketagihan. Dia sempet ngancam “Awas lo, kalo dah mateng, buat aku yak” Beuugh kayak orang ngidam aja. Nah pepaya yang jadi incaran istri gue itu, sampai sekarang belum mateng juga. Padahal udah tiga mingguan gue tunggu-tunggu. Hmmm.. mudah-mudahan minggu depan gue udah bisa memanennya.

Tidak ada komentar: